Pernah marah kan?
kepada orang lain, keadaan, diri sendiri, bahkan mungkin Tuhan

Sampai saat ini, gw masih beranggapan bahwa marah adalah satu satu ekspresi emosi yang disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan
Lagi capek pulang kerja lalu jalanan macet --> tidak menguntungkan --> marah
Lagi tidur santai pada minggu pagi lalu dibangunkan dengan cara yang ugal-ugalan --> tidak menguntungkan --> marah

dan ini yang terjadi ama my beauty angel, Jehan
Lagi enak-enak main sama temannya lalu disuruh pulang ---> tidak menguntungkan --> marah
Yeah, gw sedang berhadapan dengan seseorang yang sedang mengeksplorasi perasaannya, orang-orang menyebutnya sebagai "the terrible twos", gw menyebutnya sebagai gerbang emosi.

Ini adalah salah satu tahapan tumbuh kembang sosial dan emosional seseorang, sebagian besar memulainya ketika berumur 2 tahun. Akan tetapi, banyak juga yang sudah memasuki gerbang emosi ini ketika berumur 18 bulan.
Pada masa-masa ini, seseorang akan menunjukkan kepada sekitar bahwa dia bukan lagi anak kecil dan bisa melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang tuanya.

Contohnya:
Jehan sudah suka pakai sepatu sendiri
Jehan suka nyobain high heels bunda
Jehan suka bermain sebagai "orang tua" untuk boneka-bonekanya, seperti menyuapi, memandikan, atau menganti baju bonekanya

Terkadang, masalahnya adalah seseorang yang sedang memasuki gerbang emosi ini belum bisa mengendalikan secara tepat ekspresinya. Oleh karena itu, ada istilah temper tantrum. Itu lhoo..siapa yang pernah lihat anak-anak nangis sampai guling-guling di lantai tak terkendali?
Ketika gw belum punya anak dan melihat kejadian seperti itu di salah satu mal, reaksi gw adalah..
"Ih..ibunya gimana sih, anaknya nggak diajarin sopan santun apa? kok bisa sampai kayak gitu di mal"
atau
"Ih..ibunya tega banget deh, masa anak dibiarin nangis sampai kayak gitu"
(well..emang udah jatahnya ya, kalau ada apa-apa, pasti yang disalahkan pertama ibunya)

Ternyata, menangani anak yang sedang tantrum ya seperti itu...
biarkan lah anak itu melepas emosinya, jangan dilawan, buat dia tahu bahwa reaksi semacam itu bukanlah reaksi yang tepat sehingga pasti tidak mendapat hasil yang diinginkan.
Jauhkan dia dari keramaian, peluk dengan kasih sayang, dan biarkan dia merasakan cinta kita.
Setelah tenang, baru deh diberi pengertian

Nah, bagaimana dengan Jehan?
Selama ini, gw memperhatikan bahwa dia masih sangat belum bisa menguasai emosinya.
Jehan adalah anak yang sangat sensitif
Ketika melihat atau merasakan hal-hal yang sedikit "sendu", raut mukanya langsung ikut sendu
dan sebaliknya ketika dia merasa senang, Jehan bisa tertawa tanpa batas
Pokoknya semua masih serbaterlalu

Bagaimana dengan emosi marahnya?
Alhamdulillah, sampai saat ini gw belum mengalami kejadian tantrum pada diri Jehan.
Tapi bukan berarti dia nggak pernah marah lho..sering banget Jehan marah ketika ada hal yang tidak menguntungkan buat dia
Apa ekspresi marahnya? TERIAK!
Dia teriak beberapa kali sambil menatap wajah orang yang menurutnya "merugikan" dia, setelah itu dia mencari tempat yang "nyaman" (bisa ke arah orang yang menurutnya "menguntungkan", bisa juga menyendiri sambil menutup muka)
Setelah itu, kalau dia sudah tenang, dia pun akan kembali seperti semula

Jujur, sampai saat ini gw masih belum tahu apakah ekspresi marah yang seperti itu sudah tepat di usianya.
Sebagai orang tua yang berprinsip lihat-ntar-aja (bukan hal yang patut dicontoh) ya gw menikmati aja segala tahap perkembangan Jehan

Doa gw cuma satu, semoga Jehan bisa merasakan rasa sayang gw kepada dia dan menggunakan itu sebagai pegangan hidupnya.
Picture
jehan dan sepatu bunda



Leave a Reply.